Hutan Lindung Sungai
Lesan/HLSL seluas ± 11.342,61 ha, berada pada ketinggian 40 hingga 430 m
dari permukaan laut merupakan salah satu
pewakil hutan dataran rendah di Kabupaten Berau yang kondisinya masih cukup
baik, 85% merupakan hutan bekas tebangan dalam kondisi sehat dan didominasi
oleh famili Dipterocarpaceae. HLSL merupakan habitat penting
Orangutan/Pongo pygmaeus (kepadatan 1,5-4,64 ekor/km², TNC, 2006),
Bangau Storm (Ciconia stormi), Bekantan (Nasalis larvatus),
Monyet ekor panjang (Macaca facicularis), Kangkareng Hitam (Anthrococerus
malayanus), Biawak (Varanus salvator) dan Burung Rangkong (Aceros cassidix). Menjadi sumber penghidupan
masyarakat di sekitarnya, yaitu sumber protein hewani dan berbagai jenis hasil
hutan bukan kayu. Sebagai hutan lindung, HLSL memiliki fungsi hidro-orologis
penting bagi kawasan di sekitarnya, kawasan ini merupakan daerah tangkapan air (DTA)
Sungai Pesan dan Sungai Leja yang bermuara di Sungai Lesan. Kerusakan ekosistem
HLSL akan berdampak terhadap degradasi DAS hilir,
khususnya peningkatan sedimentasi Sungai Kelay yang bermuara di Tanjung
Redeb.
Sejak Juni 2014, Operasi Wallacea Terpadu (OWT) telah melakukan kegiatan Membangun Model Pengelolaan Hutan Lindung Sungai Lesan Berbasis Masyarakat, yang didanai oleh Proyek TFCA Kalimantan Siklus 1.
0 komentar:
Posting Komentar